Hijau adalah warna yang fantastis; itu adalah warna kehidupan, pertumbuhan, dan alam. Namun, ada satu negara di mana mengenakan topi hijau sama sekali tidak modis – yaitu Tiongkok. Orang Tiongkok menghindari penggunaan topi hijau seperti wabah penyakit. Dalam postingan blog ini, kita akan menelusuri alasan di balik tradisi aneh ini. Jadi, duduk santai, dan mari selami misteri topi hijau.
Pertama, mari kita bicara tentang warna hijau di Tiongkok. Hijau memiliki konotasi positif di sebagian besar budaya; itu mewakili kehidupan, alam, dan pembaruan. Namun dalam budaya Tiongkok, hijau memiliki arti berbeda. Ungkapan bahasa Mandarin “memakai topi hijau” (戴绿帽子) adalah eufemisme untuk pria yang istrinya selingkuh. Ungkapan ini berasal dari Dinasti Ming (1368-1644) dan masih lazim hingga saat ini.
Asal muasal ungkapan tersebut masih menjadi misteri, namun ada beberapa teori. Sebuah teori menyatakan bahwa di Tiongkok kuno, pelacur mengenakan penutup kepala berwarna hijau untuk membedakan diri mereka dari wanita lain. Seiring berjalannya waktu, kaitan dengan perselingkuhan terus melekat, dan ungkapan “memakai topi hijau” menjadi sinonim dengan diselingkuhi.
Saat ini, ungkapan “mengenakan topi hijau” digunakan dalam budaya populer Tiongkok untuk menyebut suami yang istrinya tidak setia. Dalam film Tiongkok terkenal “Raise the Red Lantern,” suami tokoh utama memakai topi hijau untuk menandakan perselingkuhannya. Asosiasi ini memperkuat stigma sosial seputar topi hijau.
Namun mengapa pria Tiongkok menghindari penggunaan topi hijau, dan mengapa takhayul tersebut tidak berlaku bagi wanita? Masih belum jelas, namun kemungkinan besar kepercayaan budaya seputar topi hijau bersifat gender. Di Tiongkok, wanita secara tradisional mengenakan penutup kepala berwarna-warni, dan topi telah menjadi bagian penting dari mode Tiongkok selama berabad-abad. Di sisi lain, pria tidak terlalu sering memakai topi, dan jika memakai topi, mereka biasanya memakai topi berwarna hitam, coklat, atau putih.
Tabu seputar topi hijau masih bertahan di Tiongkok modern. Sekalipun masyarakat tidak percaya pada takhayul, mereka menghindari penggunaan topi hijau karena menghormati tradisi budaya. Namun, beberapa orang mungkin memakai topi hijau sebagai lelucon atau untuk menunjukkan perlawanan terhadap takhayul. Dalam kasus tersebut, orang yang memakai topi hijau mungkin menerima ejekan atau ejekan dari orang lain.
Lantas, apa jadinya jika pria Tionghoa tidak sengaja memakai topi hijau? Kemungkinannya adalah tidak seorang pun akan mengatakan apa pun, namun pria tersebut mungkin merasa malu atau tidak nyaman. Bukan hal yang aneh bagi orang Tiongkok untuk menghindari warna atau angka tertentu, meskipun mereka tidak percaya pada takhayul terkait.
Kesimpulannya, keengganan terhadap topi hijau di kalangan pria Tiongkok bukan sekadar preferensi dangkal; itu berakar pada kepercayaan budaya yang mengasosiasikan warna dengan perselingkuhan. Meskipun asal muasal frasa tersebut masih belum jelas, keberadaan frasa tersebut di zaman modern mencerminkan kekuatan takhayul budaya. Jadi, jika Anda pernah berada di Tiongkok, dan seseorang menawari Anda topi hijau, tolak dengan sopan dan pilihlah topi merah.
Dan dengan itu, kita telah mencapai akhir perjalanan kita menuju misteri topi hijau. Sungguh menakjubkan bagaimana keyakinan budaya dan tradisi dapat membentuk persepsi kita terhadap sesuatu yang sederhana seperti topi. Jadi, lain kali Anda melihat seseorang mengenakan topi hijau, ingatlah bahwa di Tiongkok, itu mungkin mempunyai arti yang sama sekali berbeda. Seperti kata pepatah, “Saat berada di Tiongkok, kenakan topi merah – lebih baik aman daripada menyesal.”
Apa warna tabu di Tiongkok?
Dalam budaya Tiongkok, ada beberapa warna tabu yang dikaitkan dengan konotasi negatif atau takhayul. Warna tabu yang paling umum dikenal adalah:
- Putih: Di Tiongkok, putih dikaitkan dengan duka, kematian, dan pemakaman. Merupakan kebiasaan bagi orang untuk mengenakan pakaian berwarna putih pada saat pemakaman, sehingga mengenakan pakaian berwarna putih pada kesempatan lain sering kali dianggap tidak pantas atau membawa sial.
- Hitam: Seperti putih, hitam juga dikaitkan dengan kematian dan duka dalam budaya Tiongkok. Ini sering dianggap sebagai warna nasib buruk dan dihindari untuk acara-acara gembira seperti pernikahan.
- Hijau: Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, warna hijau dikaitkan dengan perselingkuhan, dan mengenakan topi hijau dianggap tabu bagi pria dalam budaya Tiongkok.
- Kuning: Meskipun kuning adalah warna yang sangat dihormati di banyak budaya, di Tiongkok kuning dikaitkan dengan pornografi, kebejatan, dan pengkhianatan.
- Merah dan putih: Meskipun warna-warna ini tidak tabu secara individu, warna-warna ini tidak boleh digunakan bersamaan karena melambangkan kematian dan duka dalam budaya Tiongkok.
Perlu dicatat bahwa meskipun warna-warna ini dikaitkan dengan konotasi negatif atau takhayul, maknanya mungkin berbeda-beda bergantung pada konteks, wilayah, dan kepercayaan individu. Banyak orang Tiongkok mungkin tidak percaya pada takhayul yang terkait dengan warna-warna ini tetapi masih menghindarinya karena menghormati tradisi budaya.
FAQ: Tentang topi hijau di Tiongkok
Mengapa tidak ada topi hijau di Tiongkok?
Alasan mengapa pria Tiongkok menghindari penggunaan topi hijau adalah karena kepercayaan budaya yang mengasosiasikan warna dengan perselingkuhan. Ungkapan dalam bahasa Mandarin “memakai topi hijau” adalah eufemisme untuk pria yang istrinya selingkuh.
Ungkapan ini berasal dari Dinasti Ming (1368-1644) dan masih lazim hingga saat ini. Asal usul frasa ini tidak jelas, tetapi sebuah teori menyatakan bahwa di Tiongkok kuno, pelacur mengenakan penutup kepala berwarna hijau untuk membedakan diri mereka dari wanita lain. Seiring berjalannya waktu, kaitan dengan perselingkuhan terus melekat, dan ungkapan “memakai topi hijau” menjadi sinonim dengan diselingkuhi.
Apa yang diwakili oleh topi hijau?
Dalam budaya Tiongkok, topi hijau melambangkan perselingkuhan atau diselingkuhi. Hubungan dengan ketidaksetiaan ini sudah ada sejak Dinasti Ming dan masih bertahan dalam budaya populer Tiongkok. Ungkapan “memakai topi hijau” merupakan eufemisme bagi pria yang istrinya selingkuh. Di Tiongkok kuno, pelacur diyakini mengenakan penutup kepala berwarna hijau untuk membedakan diri mereka dari wanita lain, dan seiring berjalannya waktu, hubungan dengan perselingkuhan semakin melekat.
Apa arti rambut hijau di Tiongkok?
Sejauh yang saya ketahui, tidak ada makna budaya atau takhayul terkait rambut hijau di Tiongkok. Meskipun tren warna rambut berbeda-beda antar budaya dan berubah seiring berjalannya waktu, tidak ada hubungan yang diketahui secara luas antara rambut hijau dan makna tertentu dalam budaya Tiongkok.
Apa simbol Cina untuk hijau?
Karakter Cina untuk hijau adalah 绿 (lǜ). Karakternya terdiri dari dua bagian: bagian kiri melambangkan rumput atau tumbuhan, dan bagian kanan melambangkan warna. Dalam budaya Tiongkok, warna hijau dikaitkan dengan alam, pertumbuhan, dan harmoni. Ini juga sering digunakan untuk mewakili musim semi, masa muda, dan vitalitas. Hijau adalah warna populer dalam seni, sastra, dan mode Tiongkok, dan biasanya terlihat pada lukisan dan pakaian tradisional Tiongkok.
Apakah Yin atau Yang hijau?
Dalam filsafat tradisional Tiongkok, konsep Yin dan Yang mewakili kekuatan yang saling melengkapi, saling berhubungan, dan berlawanan di alam semesta. Yin mewakili energi feminin, reseptif, dan pasif, sedangkan Yang mewakili energi maskulin, aktif, dan tegas.
Dari segi warna, Yang diasosiasikan dengan warna-warna cerah dan hangat seperti merah, oranye, dan kuning, sedangkan Yin diasosiasikan dengan warna-warna sejuk dan gelap seperti biru, ungu, dan hijau. Hijau, sebagai warna yang sejuk dan menenangkan, umumnya dianggap bersifat Yin.
Namun, penting untuk diperhatikan bahwa hubungan warna dengan Yin dan Yang dapat bervariasi tergantung pada konteks, budaya, dan keyakinan pribadi. Meskipun beberapa orang mungkin menganggap hijau sebagai Yin, yang lain mungkin lebih mengasosiasikannya dengan Yang karena hubungannya dengan pertumbuhan, vitalitas, dan alam.